Opini  

Redenominasi Rupiah: Kebijakan Ekonomi atau Strategi Stabilisasi Politik?

Tantangan terbesar dalam redenominasi bukan pada teknologi perbankan karena sistem pembayaran kita sekarang sudah sangat siap, melainkan pada kemampuan masyarakat memahami hal ini. Banyak transaksi sehari-hari masih menggunakan uang dalam format lama seperti Rp 10.000 atau Rp 100.000, sehingga perubahan bentuk nominal memerlukan adaptasi mental dari masyarakat.

Di sisi lain, kemungkinan adanya informasi palsu melalui media sosial sangat tinggi.
Tanpa edukasi yang kuat kepada masyarakat, berita palsu seperti “uang berkurang nilainya” atau “harga barang jadi lebih mahal” bisa cepat menyebar. Karena itu, keberhasilan redenominasi bergantung pada kampanye edukasi ekonomi yang luas, konsisten, dan tepat sasaran.

Baca Juga :  Hal – hal yang Perlu Dipersiapkan Dalam Memasuki Dunia Kerja

Menakar Kesiapan Indonesia
Lalu, apakah Indonesia sudah siap? Dilihat dari sudut pandang makro ekonomi, stabilitas inflasi dan pertumbuhan yang relatif terjaga menunjukkan kesiapan secara teknis. Sistem keuangan dan infrastruktur digital nasional juga memberikan dukungan, terutama karena meningkatnya penggunaan metode pembayaran non-tunai.

Namun, secara politik dan sosial, tantangannya lebih besar. Proses redenominasi akan berjalan efektif jika pemerintah mampu menjaga komunikasi yang konsisten, keharmonisan antar lembaga, serta membangun kepercayaan publik. Jika tidak, redenominasi bisa disalah artikan sebagai kebijakan yang hanya berpihak pada kelompok tertentu dan kurang relevan dengan masyarakat.

Baca Juga :  Soksi Optimis MK Tak Lampaui Wewenangnya ' Prabowo-Gibran, Presiden-Wapres Terpilih
Writer: M Faiz MaulanaEditor: Mely

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *