Tradisi Rebo Wekasan di Gresik, Warga Suci Arak Tumpeng Hingga Jalan Mundur

Tradisi Rebo Wekasan di Gresik, Warga Suci Arak Tumpeng Hingga Jalan Mundur, Foto TikTok by@n.rahmah16

Jatim1.com- Warga Desa Suci, Manyar, Gresik, kembali menjalankan tradisi Rebo Wekasan yang telah berlangsung secara turun temurun sejak masa Sunan Giri hingga saat ini, setiap Rabu terakhir dalam bulan Safar.

Rebo Wekasan, juga dikenal sebagai Rabu Wekasan, mengandung arti bahwa “Rebo” dalam bahasa Indonesia berarti Rabu, sedangkan “Wekasan” dalam bahasa Jawa berarti pungkasan atau akhir. Oleh karena itu, Rebo Wekasan merujuk kepada Rabu terakhir dalam bulan Safar.

Di Desa Suci, Manyar, Gresik, warga mengadakan ritual Rabu Wekasan dengan mengarak tumpeng raksasa. Ratusan warga dari Desa Suci bersama dengan Forkopimcam Manyar membawa tumpeng tersebut dari Balai Desa Suci menuju Masjid Mambaut Thoat yang berjarak sekitar 1 km.

Tahun ini, dalam tradisi Rebo Wekasan, tumpeng raksasa tersebut diarak oleh lima organisasi perguruan silat. Ini merupakan upaya untuk memadukan warisan leluhur dengan semangat persatuan, melibatkan lima perguruan silat dalam prosesi pengarakkan tumpeng.

Arak-arakan tumpeng ini juga diikuti oleh Tokoh Masyarakat, Pemerintah Desa, Cak Yuk Desa Suci, IPNU-IPPNU, serta Karang Taruna. Tidak ketinggalan, seni hadrah yang dijalankan secara berjalan mundur (ISHARI) dengan pengucapan selawat yang tertib.

Khoirul Huda, seorang Tokoh Masyarakat dan Anggota DPRD Gresik Komisi IV, menjelaskan bahwa Tradisi Rebo Wekasan atau Rebo Pungkasan adalah kegiatan tahunan yang diperingati pada hari Rabu terakhir dalam bulan Safar. Huda menekankan bahwa acara ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga nilai-nilai ekonomi dan persatuan.

“Dalam tahun ini, kami mengajak lima perguruan silat untuk ikut merayakan budaya leluhur ini,” ujar Huda.

Menurut Huda, Rebo Wekasan tahun ini melibatkan tidak hanya organisasi keagamaan, tetapi juga organisasi pemuda sebagai simbol persatuan. Mereka berjalan sekitar 1 km sebagai ungkapan syukur atas hari lahirnya Desa Suci.

“Ibunya warga juga berharap agar tradisi ini melindungi mereka dari segala macam bala, karena Rebo Wekasan juga dianggap sebagai hari turunnya ratusan ribu bala,” tambahnya.

Kepala Desa Suci, Achmad Rizal, menjelaskan bahwa tradisi ini juga dikenal dengan sebutan tegal deso (sedekah bumi) atau silaturahmi kedua setelah hari raya Idul Fitri. Rebo Wekasan adalah momen bahagia di mana keluarga berkumpul bersama.

“Tradisi ini sering kali mengundang kunjungan keluarga dan teman dari berbagai daerah yang datang ke Desa Suci untuk menikmati hidangan khas seperti Lontong Bumbu Ladan,” kata Rizal.

Selain itu, budaya lain yang masih dilestarikan adalah mandi di Sendang Sono setiap Selasa malam menjelang Rabu pukul 12 malam. Masyarakat meyakini bahwa mandi ini membawa berkah dan memiliki efek penyembuhan terhadap berbagai penyakit.

“Sendang Sono, yang terletak di dekat Masjid Lama atau Mambaut Thoat, merupakan peninggalan murid Sunan Giri,” pungkasnya.

Exit mobile version