Khofifah juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menghadirkan inisiatif transportasi massal di sektor perhubungan darat melalui proyek Trans Jatim koridor 1 dan 2 di wilayah Surabaya Raya. Koridor 1 yang menghubungkan Sidoarjo, Surabaya, dan Gresik telah diluncurkan tahun sebelumnya dan terbukti diminati oleh masyarakat dengan tingkat penggunaan harian mencapai 105% hingga 115% atau sekitar 4.500 hingga 5.000 penumpang per hari. Sementara itu, Koridor 2 yang menghubungkan Mojokerto dan Sidoarjo baru saja diluncurkan bulan lalu, dan rencananya Koridor 3 yang menghubungkan area Mojokerto-Gresik akan segera diluncurkan.
Selain proyek transportasi darat, Khofifah dan Kadishub Jawa Timur, Nyono, juga sedang mengeksplorasi peluang pengembangan MRT dengan Inggris. Dalam kunjungannya ke Inggris, Khofifah mengunjungi MRT Elizabeth Line di London, yang menjadi inspirasi dan referensi bagi pengembangan layanan transportasi yang lebih baik di Jawa Timur. Crossrail Ltd, perusahaan yang mengembangkan MRT Elizabeth Line di London, telah menyatakan minatnya untuk mengembangkan MRT di Jawa Timur melalui surat bernama Letter of Intent (LoI).
Selain proyek MRT, Khofifah juga memfokuskan upayanya untuk membangun infrastruktur transportasi massal di wilayah terpencil. Pada sektor angkutan penyeberangan, Dermaga Jangkar di Kabupaten Situbondo yang melayani Kepulauan Sapudi, Raas, dan Kangean telah memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat. Pemerintah juga baru-baru ini meresmikan Pelabuhan Dungkek dan Pelabuhan Gili Iyang di Sumenep, yang penting untuk konektivitas warga Madura kepulauan. Termasuk di dalamnya adalah layanan Long Distance Ferry (LDF) dari Pelabuhan Jangkar Situbondo menuju Lembar Nusa Tenggara Barat, yang membantu mengurai kepadatan di Pelabuhan Ketapang dan mendukung pengembangan wisata di wilayah timur.