Oleh : Handy Aribowo S.T.,M.M (Pemerhati Pendidikan dan Ekonomi; Dosen STIE IBMT Surabaya)
Jatim1 Opini – Ancaman persebaran virus corona masih “menghantui” negara Indonesia. Data yang dihimpun dari kementerian kesehatan Indonesia per Jumat 5 Juni 2020 pukul 12.00 WIB, virus corona di Indonesia telah mengakibatkan 29.521 orang positif terjangkit virus corona, dimana 18. 308 orang dalam perawatan, dengan jumlah yang berhasil sembuh sebesar 9.443 orang serta jumlah yang meninggal sebesar 1.770 orang. Pandemi covid 19 betul-betul membuat semua aktivitas masyarakat di berbagai sektor terganggu. Selain sektor ekonomi bisnis terganggu, sektor pendidikan juga turut merasakan imbas dari persebaran virus corona di Indonesia. Persebaran virus corona bagai bencana wabah penyakit mengerikan yang membuat kegiatan belajar mengajar dari tingkat kelompok PAUD, Taman Kanak Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menegah Atas (SMA) hingga pendidikan tinggi meniadakan kegiatan belajar mengajar di kelas dengan digantikan oleh aktivitas kegiatan belajar dari rumah/study at home dalam jangka waktu yang cukup lama.
Meskipun perkembangan teknologi membuat siswa tetap bisa belajar dari jarak jauh dari rumah,akan tetapi sulit diberlakukan bagi anak-anak usia dini atau anak berkebutuhan khusus yang kebanyakan belajar di ruang kelas melalui panduang dan bimbingan bapak dan ibu guru. Badan Perserikatan Bangsa-bangsa untuk kesejahteraan anak (UNICEF) sudah mengeluarkan panduan bagi negara yang ingin membuka kembali kegiatan belajar-mengajar di sekolah yang terdiri atas tiga tahap yaitu sebelum pembukaan, memasuki proses pembukaan, dan ketika pembukaan sudah dilakukan.
