“Usia anak-anak adalah dunia bermain. Jadi ketika mengalami kondisi yang tidak menyamankan dan kurang membahagiakan dia, kita bisa bantu dengan terapi bermain. Terapi tersebut dapat dilaksanakan oleh terapis yang sudah terlatih dengan menggunakan kekuatan terapeutik bermain, untuk membantu anak dalam mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan serta pengembangan optimal,” Ujar Hamidah.
Terapi itu memiliki wujud yang sangat banyak, seperti mewarna, menggambar, bermain peran, dan membangun sesuatu. Adapun bahan yang digunakan juga bermacam-macam, seperti kertas, alat rumah tangga, pewarna, plastisin, dan lainnya.
“Masing-masing mainan itu akan memberikan stimulus untuk anak itu diminta mengekspresikan perilaku tertentu. Sebelum menjalankan terapi, sang terapis membuat sebuah penilaian untuk menyesuaikan antara keahlian dan metode apa yang paling tepat untuk diberikan pada anak, sesuai dengan permasalahan atau stresnya masing-masing. Dari penilaian tersebut, terapis akan menentukan intervensi yang digunakan, lama sesi, orang yang terlibat, fasilitas, dan sarana yang dibutuhkan,” paparnya.
Kemudian, pertemuan tidak hanya dilakukan sebanyak satu kali, namun dengan beberapa sesi tergantung pada kondisi. Stres dalam kategori ringan dapat diberikan sebanyak 2-3 sesi, namun jika persoalan lebih dalam seperti adanya kekerasan dalam rumah tangga maka diperlukan sebanyak 5-6 sesi.
Dalam setiap pertemuan, proses healing tidak hanya dengan bermain saja, namun juga dengan proses diskusi, dialog, dan bercerita. Hal itu menjadi sebuah kesempatan bagi terapis untuk menggali informasi lebih banyak, karena anak dapat bercerita dengan lebih leluasa.