Kios jadul tersebut, menurut Andrianto, terbuat dari gedek (anyaman dari bilah-bilah bambu) dan atapnya terbuat dari tumpukan padi yang telah mengering. “Di fisiknya memang warung jadul tetapi untuk menunya kita memberikan kebebasan kepada para penjual, agar barang dagangan yang dijual juga bervariasi,” terangnya.
Selaku ketua panitia, Andrianto berharap agar festival ini bisa mengangkat budaya Malang. Selain itu, juga bisa membantu UMKM-UMKM se-Kota Malang agar lebih maju.