Terbelahnya politik Indonesia ketika pilpres 2019 dapat dilihat dari data KPU. Di beberapa provinsi yang kaum minoritas agama dominan, Jokowi menang telak. Sebaliknya, di aneka provinsi yang muslim konservatif dominan, Prabowo menang telak.
Alhamdullah, akhirnya Jokowi dan Prabowo memilih bekerja sama setelah bersaing. Ini harus semakin menyentak kita. Menyadarkan kita prinsip yang paling tua dalam politik. Bahwa tak ada musuh yang abadi. Tak ada teman yang abadi. Dalam politik, yang abadi adalah kepentingan. Teman dapat menjadi musuh. Musuh dapat menjadi teman.
Tak ada gunanya menyebar permusuhan untuk pemilu yang berlangsung lima tahun sekali. Toh mereka yang dulu berhadapan kita dapat bersama menjadi pemerintah.
Karena itu berpolitiklah dengan rileks. Besainglah dengan santai saja. Setelah bersaing, bahkan kita bisa bekerja sama. Negara juga dapat diperkuat melalui jalur pendidikan. LSI Denny JA juga membuat terobosan bersama LAPI ITB. Kita akan membuat program agar prinsip pemerintahan yang baik meluas.
Demokrasi juga membutuhkan civic competence. Peradaban modern juga membutuhkan meningkatnya kapabilitas pemerintahan. Penambahan ilmu pengetahuan bagi penyelenggara negara dan elit masyarakat secara sistematis bisa dilayani oleh institusi pendidikan.
Hari ini akan ada pula publikasi survei LSI Denny JA. Publikasi ini dibuat untuk menyambut kerjasama LSI Denny JA dan LAPI ITB. Jika politik cenderung membelah, maka pendidikan akan menyatukan kita!