Eri mengatakan bahwa ketika dia berbicara dengan perwakilan RW Perumahan Tompotika dan Sekolah Petra, terjadi kesalahpahaman. Sekolah Petra hanya membayar iuran Rp 32 juta kepada bendahara keamanan, bukan kepada masing-masing RW di Perumahan Tompotika.
“Makanya Pak Robert saya ajak ke sini ketemu. Tapi Alhamdulillah sudah selesai, teman-teman sampaikan tidak ada lagi Surabaya yang seperti itu, salah penafsiran yang katanya RW-nya minta uang. Tapi dengan kesepakatan itu tidak ada lagi yang diberikan ke RW tapi Petra sendiri yang melakukan,” jelas Eri.
Eri menambahkan bahwa pihak RW hanya meminta untuk tidak membuat kemacetan di Perumahan Tompotika. Sekolah Petra sepakat untuk membantu melalui CSR dalam pembersihan lingkungan.
“Karena apa? Sebagai tanda terima kasihnya Petra berada di sini. Kedua, Petra juga menjaminkan dengan Pemkot juga tidak ada lagi kemacetan. Bagaimana warga sini merasakan anak-anaknya keluar dari rumah juga nyaman, aman, tidak ada kemacetan yang terjadi. Karena di Tompotika ada 8 pintu yang nanti ada sekuriti-sekuriti Petra menjaga di 8 pintu itu untuk mengatur kemacetannya,” tandas Eri.
Sementara itu, Wadir Sarpras Petra, Robertus Pranata, mengatakan bahwa Sekolah Petra tidak lagi membayar iuran Rp 32 juta kepada bendahara keamanan Perumahan Tompotika. Sebagai gantinya, CSR untuk pembersihan lingkungan sekitar dan bantuan keamanan akan disalurkan.