Pada masa kolonial, bangsa Tiongkok menyebut Gresik dengan istilah T’Se T’Sun, yang berarti kampung kotor. Peta kuno abad ke-15 oleh bangsa Portugis menamai Gresik dengan sebutan seperti Gerwarace, Agace, dan Agati. Para pedagang Arab menyebut Gresik sebagai Qorrosyaik, merujuk pada perintah kapten kapal untuk menurunkan jangkar di pelabuhan.
Dalam buku Historisch Onderzoek karya J.A.B. Wisselius, bangsa Belanda (VOC) merujuk Gresik sebagai Gerrici atau Grissee. Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java menyebut Gresik dengan istilah Giri-Gisik. Giri berarti bukit dan Gisik berarti pantai, sesuai dengan kondisi geografis Gresik. Nama Giri-Gisik kemudian berkembang menjadi Gresik.
Itulah sejarah mengenai Kabupaten Gresik yang dulunya bernama Kabupaten Surabaya. Gresik, yang awalnya hanya berstatus sebagai kecamatan, telah melakukan berbagai pembangunan untuk mencapai standar yang sesuai dengan status barunya sebagai kabupaten.