Patung Buddha Maha Paranibbana menggambarkan momen terakhir wafatnya Buddha Gautama, dengan posisi tidur miring ke kanan dan telapak tangan kanan di bawah kepalanya, sebuah pose yang telah menjadi ikonik dalam ajaran Buddha.
Bagi umat Buddha, patung ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Maha Vihara Mojopahit dan menjadi objek penting dalam prosesi pradaksina selama perayaan Waisak. Pradaksina adalah prosesi mengelilingi objek-objek suci dalam vihara searah jarum jam dengan objek selalu berada di sebelah kanan.
“Pembersihan patung Buddha ini memiliki makna yang dalam, sebagai simbol dari wafatnya Sang Buddha. Dengan menggunakan bunga dalam prosesi ini, patung tersebut akan dijadikan tempat untuk umat Buddha berpuja,” jelas Bhante Nyanaloka.
Patung Buddha tidur ini memiliki pondasi yang dihiasi dengan relief indah, yang menceritakan perjalanan Buddha Gautama ke Kusinara 3 bulan sebelum wafat, serta menggambarkan hukum karma atau sebab-akibat di dunia.
Menurut Bhante Nyanaloka, Hari Raya Waisak tahun 2568 Buddhis Era atau 2024 Masehi jatuh pada tanggal 23 Mei, dengan detik-detik Waisak tepat pada pukul 21.15 WIB. Tema perayaan Waisak tahun ini adalah ‘Keharmonisan Merupakan Hidup Berdampingan dalam Berbangsa’, yang akan dimulai dengan prosesi pradaksina dan dilanjutkan dengan doa-doa agama Buddha hingga detik-detik Waisak.
