“Kami sebenarnya sudah berupaya untuk menekan angka stunting. Namun, hasil survei justru menunjukkan peningkatan. Padahal kami telah mengerahkan 1.800 kader stunting di seluruh kabupaten dan tim PKK di desa-desa untuk melakukan pendampingan dan pencegahan,” ujar Ony pada Rabu (15/5/2024).
Pendampingan dilakukan langsung kepada keluarga yang berisiko stunting, mulai dari calon pengantin, ibu hamil, pasca persalinan, hingga monitoring bayi dua tahun (baduta) dan balita.
Melalui pendampingan ini, potensi stunting bisa teridentifikasi. Keluarga berisiko stunting, seperti yang mengalami anemia atau kurang gizi, langsung dirujuk ke puskesmas. Dinas P3APPKB berkomitmen untuk lebih giat dalam melakukan tindakan nyata untuk menekan angka stunting.
“Semua daerah dengan angka stunting yang naik pasti merasa khawatir. Kami berharap bisa seperti Surabaya dan Situbondo yang angka stunting-nya sudah di bawah 5 persen. Dari perhitungan kami, ada 18 daerah yang mengalami peningkatan termasuk Kabupaten Blitar, sedangkan 20 daerah lainnya mengalami penurunan,” tambahnya.