“Omzet dari berdagang tidak selalu stabil, tapi biasanya pada hari yang sepi kami bisa mendapatkan sekitar Rp 200 ribu per hari,” ungkap Agus.
Para PKL yang beroperasi di setiap pintu masuk kawasan Ampel biasanya tergabung dalam beberapa paguyuban, salah satunya adalah Himpunan Pedagang Kecil Ampel Suci Surabaya (HPKAS). Menurut Agus, ada sekitar 63 PKL yang tergabung dalam HPKAS.
Namun, jumlah tersebut hanya sebagian kecil dari total PKL di kawasan Ampel. Jumlah sebenarnya bisa mencapai ratusan, namun belum semuanya terdata. Data mengenai PKL biasanya diperoleh dari jumlah anggota paguyuban yang tercatat dan pembayaran iuran mereka.
Agus menegaskan bahwa kebanyakan pedagang di Ampel merupakan warga sekitar, termasuk PKL yang telah mewarisi usaha dari generasi sebelumnya.
“Saya merupakan generasi ketiga, kakek saya telah berdagang di sini, kemudian dilanjutkan oleh ayah saya, dan sekarang giliran saya sejak tahun 1999,” jelas Agus.
Selain berdagang di kawasan Ampel, Agus mengatakan bahwa kebanyakan PKL juga memiliki usaha sampingan yang berhubungan dengan produk yang ditawarkan di Ampel.