Seni bantengan telah berkembang di banyak kabupaten dan kota di Jawa Timur, seperti Mojokerto, Malang, Batu, Lumajang, Kediri, dan Pasuruan. Pada tahun 2018, Dinas Pariwisata Kota Batu mencatat sekitar 200 kelompok seni bantengan.
Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan mencatat 12 paguyuban dalam Nomor Induk Kesenian, meskipun sebenarnya terdapat ratusan paguyuban. Setiap kabupaten atau kota memiliki banyak paguyuban yang mengatur dan menyelenggarakan pertunjukan bantengan. Misalnya, Kabupaten Mojokerto telah menerbitkan Buku Teks Kesenian Bantengan untuk Sekolah Dasar Kelas IV, V, dan VI dengan tujuan mengembangkan dan melestarikan seni bantengan tradisional.
Pentas Seni Bantengan di Jawa Timur
Setiap penampilan seni bantengan sarat dengan nilai, makna, dan peran. Pementasan ini melibatkan gerakan banteng, busana, musik, properti, tempat pementasan, pawang, tetua, pendekar, atau sesepuh, yang masing-masing memiliki sebutan khusus.
Seni bantengan tradisional dimainkan oleh dua orang, di mana kaki depan berfungsi sebagai pemegang kepala bantengan dan pengontrol tarian, sementara kaki belakang berfungsi sebagai ekor bantengan. Kostum banteng umumnya terdiri dari kain hitam, tanduk asli banteng, dan topeng berbentuk kepala banteng yang terbuat dari kayu.