“Kami mengambil pendekatan dengan para petani dan meyakinkan mereka tentang potensi besar porang ini. Kami tidak hanya memberikan dukungan tetapi juga mendampingi mereka untuk mendapatkan umbi yang berkualitas,” ungkap Nursiah.
Nursiah menambahkan bahwa pihaknya juga harus mematuhi protokol yang sesuai dengan persyaratan pasar Tiongkok, termasuk pengelolaan desertasi lahan. Hal ini menjadi kriteria yang harus dipenuhi oleh pabrik agar dapat bersaing di pasar Tiongkok.
“Karena banyak petani porang yang masih awam, kami memberikan fasilitasi untuk membantu mereka. Saat ini, kami sudah memiliki lahan seluas 400 hektare yang dimiliki oleh petani yang bergabung dengan kelompok kami di Kabupaten Probolinggo. Harga tepung porang saat ini mencapai Rp 3.500 per kilogram,” tambahnya.