Agung mengatakan, “Ini kan leluhur kita, asal-usul kita. Sudah seharusnya menghormati dan menghargai, jadi dipindah makamnya daripada kualat nanti.” Dia juga mencatat bahwa kondisi makam sudah memprihatinkan akibat pembangunan Waduk Bendo, karena makam tersebut hanya berjarak 50 meter dari genangan air waduk.
Proses pemindahan makam ini melibatkan warga menggali dan membungkus masing-masing tanah kuburan leluhur dengan kain kafan seperti jenazah, lalu mengangkutnya ke tempat makam baru. Proses ini penuh perjuangan, termasuk menghadapi akses jalan yang licin karena tanah yang masih berupa tanah liat. Warga juga harus menyeberangi sungai, dan beberapa bahkan membawa hingga delapan tanah makam dalam satu kali perjalanan. Selama prosesi pemindahan, warga didampingi oleh seorang Modin setempat.