“Untuk menjaga keutuhan, kerukunan, dan persatuan maka toleransi merupakan prasyarat mutlak. Dengan demikian, toleransi bukan sekedar kemungkinan tapi adalah keniscayaan,” Ujarnya pada keterangan tertulisnya. Selasa, (10/12/2019).
Namun, Din Syamsuddin mengingatkan agar tidak ada satu kelompok yang mudah mengklaim paling toleran dan kelompok lain intoleran. Klaim sepihak yang bersifat subyektif seperti itu justru akan merusak iklim toleransi yang ada. Tuduhan sepihak seperti itu sering muncul sebagai bermotif politik, dan dengan demikian sikap itu sejatinya merupakan bentuk intoleransi.
“Dari pada mengembangkan pendekatan bernada phobia demikian, sebaiknya bangsa mengembangkan budaya toleransi sejati. Jika ada masalah di antara kelompok-kelompok, sebaiknya dikembangkan budaya dialog. Dialog adalah cara bermartabat untuk mengatasi masalah yang ada,” Sambungnya.
Dari Abu Dhabi, Din Syamsuddin sebagai Presiden Asian Conference on Religions for Peace (ACRP) melanjutkan perjalanan ke New York untuk hadiri pertemuan para tokoh agama-agama dunia (Multi Religious Partnership for Peace and Development) yang diselenggarakan oleh Religions for Peace. Pada pertemuan itu Din Syamsuddin menjadi moderator pada sesi tentang peran agama dalam menanggulangi krisis lingkungan hidup. (ari)