“Tantangan di lapangan adalah penerapan SNI. Apa yang terjadi, ketika mereka impor 0,17 sementara kita diwajibkan 0,2 mm. Itu kan sudah ada beda sekitar 15 persen. Kalau ini terjadi, industri dalam negeri yang sudah mengikuti SNI kalah bersaing dengannya,” Ujar Yerry Idroes selaku Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA).
Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) mengharapkan pemerintah dapat menjaga daya saing produk baja nasional di tengah tekanan produk impor. Jika tidak ada pengamanan maka dikhawatirkan akan mengurangi kapasitas produksi dan menyebabkan PHK serta investasi pindah ke negara lain.