“Saat itu warga Tionghoa belum aman keadaannya. Mereka tinggal di gedung ini sampai beberapa tahun. Perlindungan mereka juga dijamin,” papar Sutikno.
Setelah kondisi cukup aman, ada beberapa warga Tionghoa yang memutuskan kembali ke daerahnya dan ada pula yang menetap di “Gedung Setan” ini.
“Jadi yang tinggal di sini adalah generasi keempat pengungsi Tionghoa tahun 1948. Kalau tidak ada garis keturunan dari pengungsi 1948, tidak bisa tinggal di sini,” jelas Sutikno.
Kondisi “Gedung Setan” ini memang masih kokoh berdiri. Maklum, ketebalan temboknya saja hampir 50 sentimeter.